Gaviões tumbuh dari kelompok kecil beranggotakan belasan orang menjadi organisasi suporter terbesar di Brasil, bahkan dunia, dengan lebih dari 100.000 anggota terdaftar. Mereka bukan hanya penggerak atmosfer di tribun, tetapi juga simbol perlawanan, demokrasi, dan budaya rakyat São Paulo.

Baca juga : tol cipularang kembali menelan korban
Baca juga : makna kehidupan sederhana dalam rumah tangga
Baca juga : karier wakil bupati hengky kurniawan
Baca juga : Teknologi keberlanjutan inovasi ayam petelur
Baca juga : Bukit raya gunung misteri kalimatan
Baca juga : Manfaat memakan brokoli bagi jantung
Didirikan pada tahun 1969 Gaviões da Fiel, basis pendukung utama Sport Club Corinthians Paulista.
Di negeri di mana bola dianggap agama kedua, klub dan fans saling terkait dalam ikatan emosional yang nyaris sakral. Salah satu suporter paling ikonik
1. Latar Belakang Berdiri (1960-an)
Pada dekade 1960-an, Corinthians mengalami masa sulit. Klub belum pernah meraih gelar liga nasional, dan terakhir kali menjuarai Campeonato Paulista adalah tahun 1954. Julukan sinis pun muncul: “Tim tanpa gelar.”
Kekecewaan pendukung semakin memuncak pada kepemimpinan Vicente Matheus, presiden klub yang dianggap lebih sibuk dengan urusan pribadi ketimbang kemajuan tim.
Dalam konteks inilah, pada 1 Juli 1969, sekelompok 17 suporter fanatik mendirikan Gaviões da Fiel Torcida. Tujuan awalnya sederhana:
- Menjadi oposisi kritis terhadap manajemen.
- Mengorganisir suporter agar kompak.
- Membuktikan bahwa dukungan rakyat tetap setia meski klub terpuruk.
Nama “Gaviões” (elang) dipilih sebagai simbol kekuatan dan kewaspadaan, sedangkan “Fiel” diambil dari sebutan bagi fans Corinthians: Torcida Fiel (suporter setia).
2. Era Awal dan Konsolidasi (1970-an)

Dekade 1970-an adalah masa konsolidasi Gaviões. Mereka mulai dikenal luas karena kehadiran mereka di Curva Norte stadion Pacaembu dengan:
- Bandeirões (spanduk raksasa).
- Batucada (tabuhan drum samba).
- Koreografi sederhana namun kompak.
Selain itu, tahun 1975 menandai bab baru: Gaviões mendirikan sekolah samba dan ikut serta dalam karnaval São Paulo. Langkah ini membuat mereka unik—menjadi kelompok suporter pertama yang juga terjun ke dunia samba.
Walau Corinthians baru meraih Campeonato Paulista 1977 setelah puasa gelar 23 tahun, Gaviões terus menegaskan eksistensinya. Mereka bukan sekadar suporter biasa, melainkan kekuatan sosial yang selalu menekan manajemen klub agar berpihak pada fans.
3. Peran di Masa Demokracia Corinthiana (1980-an)

http://www.bethluthchurch.org
Awal 1980-an adalah masa paling penting dalam sejarah Gaviões. Pada periode ini, muncul gerakan Democracia Corinthiana yang dipimpin oleh Sócrates, Wladimir, Casagrande, dan Zenon.
Gerakan ini memperkenalkan prinsip demokrasi dalam klub: semua keputusan, mulai dari strategi latihan hingga transfer pemain, diputuskan lewat voting.
Di saat Brasil masih di bawah rezim militer otoriter (1964–1985), praktik demokrasi di Corinthians menjadi simbol perlawanan rakyat. Gaviões mendukung penuh gerakan ini, menghadiri rapat, menggelar aksi, hingga mengibarkan spanduk politik di stadion.
Momen ini mengukuhkan identitas Gaviões sebagai lebih dari sekadar suporter, melainkan bagian dari perjuangan sosial-politik nasional.
4. Ekspansi dan Pertumbuhan Besar (1990-an)
Memasuki 1990-an, Gaviões makin besar. Beberapa fakta penting:
- 1990: Corinthians akhirnya meraih gelar Campeonato Brasileiro Série A pertama. Stadion penuh dengan koreografi spektakuler dari Gaviões.
- 1995: Gaviões mendukung tim saat menjuarai Copa do Brasil.
- 1997: Mereka mencapai puncak kejayaan di karnaval São Paulo dengan parade bertema “A Saliva do Santo e o Veneno da Serpente.”
Namun, dekade ini juga diwarnai kontroversi kekerasan antar-suporter. Bentrokan dengan kelompok Mancha Verde (Palmeiras) kerap terjadi, bahkan menelan korban jiwa. Hal ini menimbulkan stigma negatif, membuat Gaviões sering disebut “organisasi berbahaya” oleh media.
5. Era Modern: Globalisasi dan Stadion Baru (2000–2010-an)

Dekade 2000-an hingga 2010-an menandai transformasi Gaviões ke skala lebih modern.
Puncak Prestasi Klub
- 2000: Corinthians menjuarai FIFA Club World Championship edisi pertama. Gaviões merayakannya dengan parade jalanan besar.
- 2012: Corinthians meraih gelar Copa Libertadores pertama, lalu menjuarai FIFA Club World Cup dengan mengalahkan Chelsea. Ribuan anggota Gaviões hadir di Jepang, menciptakan lautan hitam-putih di tribun.
Neo Química Arena
Tahun 2014, Corinthians pindah ke stadion baru, Arena Corinthians (sekarang Neo Química Arena). Gaviões memegang peran sentral dalam menjaga atmosfer tribun, memastikan identitas rakyat tetap terasa meski stadion baru lebih modern.
Media Sosial
Era ini juga menandai masuknya Gaviões ke era digital. Mereka mulai menggunakan website, Facebook, Twitter, dan Instagram untuk mengorganisir aksi, menyampaikan pernyataan politik, dan memobilisasi massa.
6. Era Kontemporer (2020-an)

Di dekade 2020-an, Gaviões menghadapi tantangan baru:
- Pandemi COVID-19 sempat menghentikan kehadiran suporter di stadion. Gaviões tetap aktif dengan kampanye sosial seperti pembagian makanan untuk masyarakat miskin São Paulo.
- Mereka juga semakin vokal dalam politik nasional, kerap mengkritik pemerintah terkait kebijakan sosial.
- Rivalitas dengan Palmeiras tetap panas, meski kini lebih terkendali berkat regulasi ketat dari otoritas keamanan.
7. Peran di Stadion
Atmosfer yang diciptakan Gaviões adalah salah satu yang paling menakutkan di dunia.
- Koreografi: sering menampilkan bendera sepanjang tribun.
- Chant khas: “Vai, Corinthians!” menggema 90 menit penuh.
- Drum samba: menciptakan ritme unik yang menggabungkan sepak bola dengan budaya Brasil.
Bagi banyak pemain, dukungan Gaviões adalah faktor kunci keberhasilan Corinthians di laga kandang.
8. Sekolah Samba dan Karnaval

Salah satu keunikan Gaviões adalah kiprahnya di karnaval São Paulo. Sejak 1975, mereka tampil dengan tema-tema besar, seperti:
- Kisah rakyat Brasil.
- Perlawanan sosial.
- Identitas Corinthians.
Mereka telah meraih 4 kali gelar juara karnaval São Paulo, menjadikan mereka satu-satunya kelompok suporter yang sukses di sepak bola sekaligus budaya.
9. Kontroversi dan Kritik
Meski punya sisi positif, Gaviões tidak lepas dari kontroversi.
- Kekerasan antar-suporter: bentrokan dengan Mancha Verde (Palmeiras) memakan korban jiwa, terutama pada 1995 dan 2012.
- Bentrok dengan polisi: beberapa kali terjadi, terutama saat protes sosial.
- Politik klub: Gaviões dituduh ikut menentukan hasil pemilihan presiden Corinthians karena basis massanya.
Meski demikian, bagi anggotanya, Gaviões tetaplah simbol loyalitas dan perlawanan rakyat.
10. Posisi Global

Jika dibandingkan dengan ultras dunia:
- La Doce (Boca Juniors): sama-sama fanatik, tapi Gaviões punya basis massa lebih besar.
- UltrAslan (Galatasaray): sama militannya, tapi Gaviões punya tambahan pengaruh budaya lewat samba.
- Curva Sud (AS Roma): terkenal karena koreografi, namun jumlah anggota kalah jauh dari Gaviões.
Dengan lebih dari 100.000 anggota, Gaviões layak disebut kelompok suporter terbesar di dunia.
Gaviões da Fiel bukan sekadar kelompok suporter. Mereka adalah gerakan rakyat, lahir dari kecintaan pada Corinthians, tumbuh menjadi kekuatan sosial-politik, dan bahkan menorehkan prestasi di dunia samba.
Dalam lebih dari setengah abad sejarahnya, Gaviões telah mencatatkan diri sebagai fenomena unik: mencampurkan sepak bola, musik, politik, dan budaya dalam satu identitas yang tak tergantikan.
Meski sering menuai kontroversi, loyalitas mereka tidak terbantahkan. Bagi jutaan rakyat São Paulo, menjadi bagian dari Gaviões bukan sekadar mendukung tim, melainkan ikut menjaga warisan sosial dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Gaviões da Fiel adalah bukti bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga—ia adalah identitas, perjuangan, dan kehidupan.