Dinamika Suporter Ikonik Persebaya Surabaya: Bonek adalah singkatan dari Bondho Nekat—dalam bahasa Jawa berarti “modal nekat.” Istilah ini muncul pada era 1980-an ketika suporter Persebaya Surabaya dikenal nekat pergi mendukung tim mereka meski dengan sumber daya minim. Filosofi ini melambangkan keberanian, loyalitas tanpa syarat, dan tekad kuat, meski harus menghadapi risiko besar dalam perjalanan atau di stadion.
Media lokal, terutama Jawa Pos, memiliki peran penting dalam membentuk citra dan nama Bonek. Mereka tidak hanya meliput Persebaya secara intens, tetapi juga mengorganisir perjalanan suporter ke luar kota, menciptakan rasa kebersamaan yang khas. Pada awalnya, Bonek hanyalah sekelompok penggemar fanatik yang mendukung Persebaya di dalam kota. Namun, pada akhir 1980-an hingga 1990-an, komunitas ini berkembang menjadi salah satu kelompok suporter terbesar di Indonesia.
Karakteristik utama Bonek : Solidaritas Tinggi – Sesama Bonek saling membantu, baik di stadion maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri Visual Khas – Identik dengan atribut berwarna hijau, bendera besar, dan ikon Wong Mangap yang melambangkan semangat perlawanan.
Budaya Teriakan dan Chant – Yel-yel khas yang membangkitkan semangat, seperti “Ewako!” atau nyanyian yang menyatukan ribuan suporter.
Meskipun sering disorot karena aksi kontroversial, Bonek juga memiliki rekam jejak positif. Melalui gerakan seperti Bonek Peduli, mereka aktif melakukan:Donasi untuk korban bencana alam, seperti di Malang-Batu.
Aksi sosial saat pandemi COVID-19, termasuk kampanye kesehatan dan pembagian masker.
Kegiatan kemanusiaan seperti donor darah dan bantuan bagi warga kurang mampu.
Fakta menarik: pada beberapa laga Liga 1 2024/2025, Persebaya mencatat kehadiran penonton tertinggi, berkat dukungan penuh Bonek yang memadati stadion bahkan saat tim dalam kondisi kurang baik.

Rivalitas Panas dan Derbi Jawa Timur
Salah satu aspek paling dikenal dari Bonek adalah rivalitas dengan Aremania, suporter Arema FC. Pertemuan kedua tim disebut Super East Java Derby atau Derbi Jatim.
Fakta tentang rivalitas ini: Rivalitas mulai mengeras sejak pertengahan 1990-an, dipicu oleh bentrokan di dalam dan luar stadion.
Pertandingan antara Persebaya dan Arema hampir selalu diwarnai tensi tinggi, baik di lapangan maupun di tribune.
Rivalitas ini dianggap sebagai salah satu yang paling panas di sepak bola Indonesia, setara dengan derbi besar di negara lain.
Sayangnya, rivalitas ini beberapa kali menimbulkan insiden serius, seperti kerusuhan tahun 2006 dan tragedi Kanjuruhan 2022, yang menewaskan ratusan orang. Meski tidak semua korban adalah Bonek, rivalitas antarsuporter sering disebut sebagai salah satu faktor risiko.
Bonek sering diidentikkan dengan perilaku ekstrem: penyerbuan stadion tanpa tiket, aksi vandal, dan bentrok fisik. Beberapa faktor yang memicu stigma ini meliputi: Kurangnya manajemen kerumunan di beberapa laga besar.
Pengaruh media yang lebih sering menyoroti sisi negatif dibandingkan aksi sosial.
Budaya “nekat” yang kadang disalahartikan sebagai kebiasaan melanggar aturan.
Meski demikian, banyak tokoh Bonek berupaya mengubah citra dengan mengedepankan kampanye damai, seperti gerakan No Ticket No Game dan Green Force Goes Clean untuk membersihkan stadion usai pertandingan.
Media memiliki peran ganda—membangun sekaligus merusak citra Bonek. Di satu sisi, media lokal mempopulerkan nama dan semangat Bonek sejak awal. Di sisi lain, pemberitaan nasional sering memfokuskan pada kerusuhan, sehingga mengabaikan kontribusi positif komunitas ini.
Pro-Bonek: Menganggap mereka simbol loyalitas dan keberanian.
Kritik Bonek: Menganggap mereka terlalu fanatik hingga mengabaikan keselamatan.
Bonek bukan hanya sekadar suporter sepak bola—mereka adalah fenomena sosial yang mencerminkan
Identitas Kota Surabaya – Berani, keras, namun solidaritas tinggi.
Kekuatan Komunitas – Kemampuan mengorganisir ribuan orang untuk satu tujuan.
Dinamika Urban – Menunjukkan bagaimana sepak bola menjadi media ekspresi dan perlawanan sosial.
Fakta menarik lain adalah kehadiran Bonek Perantauan, yaitu suporter yang tinggal di luar Surabaya tetapi tetap aktif mendukung Persebaya, bahkan mengorganisir nonton bareng dan perjalanan kolektif ke stadion.
Bonek adalah salah satu komunitas suporter paling berpengaruh di Indonesia—kombinasi antara loyalitas tanpa batas, solidaritas tinggi, dan keberanian khas Surabaya. Di balik citra keras, ada kepedulian sosial yang jarang terekspos.
Tantangan terbesar mereka ke depan adalah menyeimbangkan semangat nekat dengan kedisiplinan, sehingga dapat mempertahankan reputasi sebagai suporter fanatik yang positif. Jika berhasil, Bonek tidak hanya akan menjadi kebanggaan Persebaya, tetapi juga contoh bagi komunitas suporter lain di Indonesia.

http://www.bethluthchurch.orghttp://www.bethluthchurch.org
baca juga : Membiasakan Disiplin Buang Sampah pada Anak
baca juga : Pengangguran Banyak Orang Stres Meningkat!
baca juga : Budaya Trsadisional Terhadap Anak